Biaya Bangun Rumah 10X10

Memisahkan Biaya Tanah dengan Membangun Rumah 2 Lantai

Lebih baik biaya membeli tanah dengan biaya membangun rumah dipisahkan karena apabila keduanya disajikan, maka menyebabkan anggaran biaya akan terlihat lebih besar. Contohnya Anda membeli tanah dengan harga Rp. 150.000.000 dan jika kedua biaya tersebut digabungkan, maka biaya yang akan Anda keluarkan akan terasa lebih besar yaitu Rp. 300.000.000.

Estimasi Biaya Bangun Rumah 2024 2025

Estimasi Biaya Bangun Rumah 2024 2025

biaya bangun rumah 2 lantai sederhana, biaya bangun rumah type 45, biaya bangun rumah per meter 2024, biaya bangun rumah per meter 2024, perkiraan biaya renovasi rumah menjadi 2 lantai, biaya renovasi rumah 1 lantai menjadi 2 lantai, estimasi biaya renovasi rumah 1 lantai menjadi 2 lantai, biaya pembangunan rumah ukuran 10×15, menghitung biaya bangun rumah sendiri, harga borongan rumah 2 lantai per meter 2024, harga borongan rumah 2 lantai per meter 2025, biaya bangun ruko 2 lantai 2024, biaya bangun ruko 2 lantai 2024, cara menghitung biaya bangun rumah 2 lantai, biaya pembangunan rumah ukuran 17×9,45 , membangun rumah dengan biaya 20 juta, kalkulator bangun rumah, biaya pembangunan rumah ukuran 17×10, biaya pembangunan rumah ukuran 18×10,

Biaya Pembangunan Rumah 2 Lantai

Apabila dihitung garis besarnya termasuk bahan bangunan dan pengerjaannya, maka biaya bangun rumah untuk per meternya dapat dibedakan menjadi 3 kategori, seperti:

Biaya membangun rumah tipe 45 minimalis dengan luas 150 meter persegi untuk tipe menengah adalah:

150 x 4.000.000 = Rp. 600.000.000 (untuk rumah 1 lantai)

Untuk membangun rumah minimalis 2 lantai, maka biayanya tersebut dikalikan 2, jadi:

2 x 600.000.000 = Rp. 1.200.000.000,-

Baca Juga: Ini Loh Pentingnya Asuransi Kebakaran Untuk Rumah

Kontrol Pengeluaran dengan Bijak

Agar anggaran Anda tetap terkendali saat melakukan penyelesaian dan finishing rumah, ada beberapa tips yang bisa Anda ikuti:

Ucapan selamat tinggal dari Rumah.com

Terimakasih telah menjadikan Rumah.com sebagai portal properti andalan selama lebih dari 10 tahun. Mulai tanggal 1 Desember 2023 kami akan berhenti beroperasi.

Untuk kebijakan terkait data pribadi pengguna, silakan kunjungi halaman berikut.

Untuk informasi mengenai penutupan ini, silakan membaca pesan berikut dari CEO kami Hari V. Krishnan.

Sekali lagi, kami berterimakasih atas dukungan Anda selama ini.

Perjalanan PropertyGuru di Indonesia akan dilanjutkan oleh Asia Property Awards, penghargaan untuk yang terbaik di real estate. Pelajari selengkapnya tentang Indonesia Property Awards di sini.

Uhuyyy judulnya kali ini beda, bukan ngespill biaya liburan ke negara A, B, C atau D tapi mau ngasih tau langkah-langkah & biaya buat bangun rumah. Serius bener ini bahasannya. Sebenarnya nggak ada niatan buat saya buat bangun rumah, sepeninggal bapak kasihan liat ibu tinggal sendiri jauh dari anak. Sebagai anak berbakti maka saya pindahin ibu ke rumah baru supaya dekat dengan salah satu anaknya.

Saya beli rumah subsidi tahun 2016 atau 2017 lalu cuma sekedar iseng-iseng saja karena bosan dicerewetin kakak saya yang katanya saya disuruh nabung, jangan foya-foya mulu ngeluarin duit buat liburan atau backpacking ke luar negeri. Seiring berjalannya waktu, ternyata ada benarnya ucapan kakak saya itu. Kalo nggak “dipaksa” nabung mungkin saya nggak bakalan punya aset harta tak bergerak selain memori jangka panjang (ingatan traveling).

Biasanya kalo orang-orang, bahkan sekelas Certified Financial Planner aja nggak bakalan ngasih tau biaya yang dihabiskan buat membangun rumah impiannya. Tapi dipostingan kali ini, karena saya orangnya baik hati dan tidak sombong dan tidak pelit informasi, maka akan saya beberkan soal perduitan dan langkah-langkah buat bangun rumah. Oke, mari kita mulai!

Pertama, yang harus kita punya buat modal bangun rumah adalah duit. Iyak, duit! Kalo nggak ada duit, cita-cita hanyalah menjadi angan-angan. Kalo ada duit, keinginan apapun niscaya akan dapat dikabulkan. Yeahhh duit.

Yang kedua adalah niat. Kalo nggak ada niat yaudah nggak bakalan jadi apa-apa. Nggak bakalan ada usaha buat bangun rumah. Nggak ada usaha buat nyari duit dan bekerja. Nungguin ada yang bikinin? Menikahlah dengan pasangan yang tajir melintir dan tidak pelit atau cari sugar daddy, ehhh.

Yang ketiga adalah harus punya tanah. Tanah warisan dari orang tua juga nggak apa-apa. Tanah hasil pemberian orang dermawan juga nggak apa-apa. Pastikan tanahnya itu tanah tapak ya, bukan tanah rawa, tanah kuburan atau tanah sengketa apalagi tanah suci rebutan 3 agama di sana, nanti susah dong bikinnya. Terus kalo udah ada tanahnya jangan lupa yang udah ada sertifikat hak milik. Milik siapa? Ya milik kitalah.

Yang keempat, cari arsitek atau kenalan orang teknik sipil buat tanya-tanya tentang desain dan struktur bangunan. Buat referensi model rumah bisa contek di youtubenya gudang desain. Desain rumahnya bagus-bagus banget! Harapan saya pengen bisa bangun rumah kaya yang di youtubenya gudang desain, tapi kenyataannya karena keabisan duit saya bikin rumahnya kagak jadi estetik hahaha.

Yang kelima, setelah gambar dari arsitek udah cocok dan gak ada revisi lagi. Mulai cari kontraktor bangunan (kalo mau pake). Kalo saya karena duitnya tipis, setipis kesabaran saya, maka nyari tukang aja. Saya pake 2 tukang dan 2 kenek, mandor kagak ada, pengawas lapangan juga kagak ada, kakak saya aja saya suruh bolak-balik ngecek lokasi proyek. Karena rumah yang dibangun jauh saya nggak bisa mantau ke sana, paling sebulan sekali atau 2 kali doang.

Yang keenam adalah survei toko bangunan cari yang harganya paling murah dan pelayanannya cepat. Kalo bisa nyari yang bisa diutangin kalo nggak mau pakai sistem deposit. Buat material bahan bangunan saya belanja di 2 toko. Kalo toko yang satu nggak ada stok, saya hubungi toko bangunan yang satunya.

Yang ketujuh, sebelum belanja bahan bangunan tentukan dulu mau pakai material apa aja buat tembok, atap, dll. Beneran kalo nggak pake kontraktor itu pusing banget. Kita kudu mikirin sampe ke printilan kecil. Dari batu sampe baut. Dari pasir sampe besi ulir. Semuanya dipikirin nggak boleh ada yang lupa. Untuk pemilihan bahan misalnya, buat tembok saya pakai batu bata bukan hebel, buat semen saya pakai semen merah putih, buat rangka atap saya pakai baja ringan merek Taso dengan ketebalan 1 mm, buat reng saya pakai reng Taso, hollow plafon pakai merek Cilegon Steel. Buat atap saya pakai genteng aspal merek Owens Corning. Buat kusen jendela dan pintu saya pakai material kayu jati buatan jogja, buat sliding door & swing window taman saya pakai kusen UPVC dan kaca 6 mm.

Kedelapan, balik lagi ke duit. Untuk menjamin lancarnya proses pembangunan dibutuhkan arus kas yang lancar. Jadi pas tukang watsap bilang,”Mbak, semen abis! Mbak, pasir abis!” Oke, saya tinggal pesen dan transfer ke sales toko bangunan. Sebenernya duit ini yang bikin saya stress juga hihi.

Tahapan yang bikin saya pusing juga adalah pas nyari supplier buat urusan atap beserta rangkanya. Saya nyari info sana sini minta penawaran ke banyak sales penjual atap dan rangkanya. Belanjanya juga kebanyakan online. Saya nggak sharing sama suami soal pembangunan rumah dan pengeluaran. Urusan bangun rumah 80%nya saya yang urus, sisanya kakak saya yang urus. Can you imagine emak-emak yang biasa urusin anak kecil, perdapuran dan perpopokan kudu ngurusin material, watsapan sama tukang dan sales. Banyak banget drama pembangunan rumah ini. Saya 2 kali nangis2 gara-gara stress berat huahahaha.

Tadinya tanah itu pengen saya jual, pulang dari notaris saya berubah pikiran. Gimana kalo tanahnya gak usah dijual dan bangun rumah buat ibuk. Aha!!! Saya langsung cari arsitek murah dan tadaaa jadilah rumah baru. Rumahnya yang saya dapat dari developer bentukannya udah mengenaskan. Berdiri segan, runtuh pun tak bisa. Butuh waktu seminggu buat ngerobohin bangunan lamanya sebelum dibangun yang baru.

Proses pembangunan dimulai tanggal 14 Agustus 2023 dan selesai dalam waktu 4 bulan. Tukangnya kerja seminggu full kadang ada libur sehari. Rajin-rajin sih orangnya. Cuma saya kudu kuat ngasih rokok dan makan aja. Sistem penggajian mingguan dengan pembayaran di hari minggu tiap bulannya. Drama tukang juga adaaaaaa aja. Ada yang ngambeklah, ada yang miskom soal duitlah, ada yang minta borongan terus gak kasih tau yang lain, ada yang udah sampe packing bawa tas mau pulang kampung terus dihalangin kakak saya, pokoknya unik deh cerita drama tukang ini.

Yay selesai juga bangun rumah pake duit sendiri. Jadi abis berapa biaya bangun rumah? Buat material di toko bangunan yang satu hampir 80 juta. Di toko bangunan yang satunya nggak saya hitung abis berapa. Buat gaji tukang 60 juta. Buat beli rangka atap dan atap seharga hampir 2 Nmax. Buat kusen jendela dan pintu kayu jati hampir 20 juta. Buat kusen pintu & jendela UPVC abis 18 juta. Toren Mpoin Drain 600 liter 2 juta. Dynabolt 100 rebu. Engsel, gagang pintu abis 3 jutaan. Ubin granit dalam rumah abis hampir 10 juta. Ubin luar dan kamar mandi lupa abis berapa. Kasur 7 juta, lah diitung kasurnya juga haha. Kakak saya nyumbang sebagian uang rokok dan buat makan tukang.Suami saya nyumbang 20 juta di saat terakhir bangun rumah. Kalo ditotal biaya bangun rumah 300an juta. Ditambah biaya notaris urus rumah lama ibu, lunasin KPR, dan urusan keluarga besar soal perumahan sama bangun rumah ini abis hampir 500 juta. Dari mana duit sebanyak itu? Nggak tau haha. Nggak nyangka 5 taun gak traveling bisa nabung segini, Alhamdulillah. Kata siapa generasi milenial gak bisa kebeli rumah? Bisaaaa, asal mau berusaha.

Bagi Anda yang berencana membangun rumah dalam waktu dekat, pastikan Anda sudah membuat perencanaan biaya pembangunan rumah dengan matang untuk menghindari pembengkakan biaya tak terduga di kemudian hari. Dalam artikel ini, akan dijelaskan rincian perkiraan biaya yang perlu Anda pertimbangkan dari berbagai aspek, mulai dari desain rumah, struktur dan bahan bangunan, tenaga kerja dan jasa kontraktor, perizinan dan legalitas, serta tahap finishing.

a. Contoh menghitung biaya bangun rumah tipe 36 (36 m2)

Biaya Lain-lain (Bila Perlu)

Selain bangunan rumah yang cantik, tentu Anda juga menginginkan lingkungan yang baik untuk rumah Anda. Hal ini termasuk taman, kolam renang, dan dekorasi interior yang menarik. Nah, berikut adalah perhitungan biaya lain-lain yang bisa Anda pertimbangkan.

Biaya Tak Terduga (Kontingensi): 25% dari Total Perhitungan Biaya Bangun Rumah

Selain biaya-biaya yang sudah disebutkan di atas, Anda juga perlu mempersiapkan biaya kontingensi. Biaya kontingensi adalah biaya cadangan atau perkiraan biaya untuk mengantisipasi kondisi yang tidak pasti. Biaya kontingensi biasanya ditetapkan sebesar 25% dari total perhitungan biaya bangun yang sudah direncakan di awal.

Baca juga: Hal yang Penting untuk Diketahui Saat Menggunakan Jasa Arsitek, Desainer Interior, dan Kontraktor

Biaya Pembelian Lahan Tanah

Sebelum Anda mulai proses pembangunan rumah impian, pastinya Anda perlu mencari lahan di lokasi terbaik.

Saat ingin membeli tanah untuk bangun rumah, mungkin Anda berpikir bahwa setelah menyepakati harga tanah, maka urusan pembelian tanah akan selesai. Padahal, tidak sesederhana itu. Ada sejumlah biaya yang timbul dari jual beli tanah. Biaya ini ditanggung oleh penjual dan pembeli sesuai kesepakatan.

Pertama, ada uang jasa untuk PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah), termasuk di dalamnya biaya saksi. Jumlah biaya PPAT ini tidak boleh melebihi 1% dari harga transaksi.

Selanjutnya, ada biaya BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) yang merupakan pajak peralihan tanah dan bangunan yang ditanggung pembeli. Besaran paling tinggi adalah 5% dari nilai transaksi.

Kemudian, ada juga tarif untuk proses balik nama. Rumusnya: T + (1% x Nilai Tanah) + Rp 50.000.

Selanjutnya, ada biaya pelayanan informasi untuk nilai tanah sebesar Rp 50.000 dan biaya pengecekan sertifikat sebesar Rp 50.000.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Renovasi Rumah Lama