Foto Bangunan Bersejarah Di Cirebon

Monumen Nasional (Monas)

Monumen Nasional yang bisa kamu temukan di depan Istana Negara ini sejak dulu sudah menjadi ikon negara Indonesia. Rasanya sulit menemukan penduduk negara ini yang tak tahu tentang Monas.

Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, adalah orang yang memprakarsai pembangunan Monumen Nasional dan menyerahkan perancangannya kepada Soedarsono serta Frederich SIlaban dengan Ir. Rooseno sebagai konsultannya.

Proses pembangunannya dimulai pada bulan Agustus tahun 1959 dalam waktu yang cukup cepat, yaitu 2 tahun saja. Ya, pada tahun 1961 tanggal 17 Agustus, monumen yang dibangun di area seluas 80 hektar ini diresmikan oleh Presiden Soekarno sendiri. 14 tahun, kemudian Monas resmi dibuka untuk masyarakat umum.

Monumen Nasional dibangun untuk mengenang perlawanan serta melestarikan perjuangan rakyat Indonesia di masa revolusi kemerdekaan tahun 1945 silam. Harapannya, siapapun yang melihat Tugu Monas akan mewarisi semangat patriotisme para pejuang kemerdekaan dalam membangun Negara Indonesia.

Semangat dan harapan inilah yang menjadi alasan dipilihnya bentuk Tugu Monas yang menyerupai artefak lingga yoni yang menjulang setinggi 137 meter. Bagian puncaknya berbentuk seperti cawan yang menopang lidah api menyala.

Lidah api ini memiliki diameter 6 meter dan terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan dilapisi emas seberat 35 kilogram. Makanya, kalau dilihat sekilas, monas bentuknya mirip seperti batang obor dengan api yang sedang berkobar di puncaknya.

Nunung Marzuki dalam buku Mengenal Lebih Dekat: Bangunan Bersejarah Indonesia, menjelaskan bahwa badan Tugu Monas mewakili bentuk Lingga atau alu alat untuk menumbuk padi yang terbuat dari kayu, sedangkan pelataran cawannya mewakili bentuk Yoni atau lumbung tempat menyimpan padi.

Lalu lidah api yang ada di puncaknya adalah Api Nan Tak Kunjung Padam yang menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia yang tidak akan pernah surut sampai kapanpun.

Kalau berkunjung ke monas, kamu bisa menemukan museum sejarah perjuangan nasional yang ada di bagian bawahnya. Museum ini mampu menampung sekitar 500 orang pengunjung. Selain itu, kamu juga bisa naik elevator sampai ke pelataran puncak untuk melihat pemandangan kota Jakarta.

Di sekelilingnya ada taman, dua buah kolam, dan juga beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Masyarakat Jakarta sering mengunjungi area taman Tugu Monas untuk berjalan-jalan atau piknik bersama keluarga di hari libur.

Dari Jakarta kita pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Di kota ini ada sebuah tugu yang dibangun sebagai pengingat akan semangat perjuangan para pahlawan bangsa. Yup, tugu tersebut adalah Tugu Pahlawan.

Tugu yang menjulang setinggi 45 meter dengan 10 bidang sisi ini terletak di Taman Kebunrojo, Jalan Pahlawan. Tepat di seberang kantor Gubernur Jawa Timur. Tugu ini sengaja dibangun untuk memperingati peristiwa 10 November.

Pada 30 Oktober 1945, Brigadir Mallaby, pemimpin pasukan sekutu yang datang ke Surabaya, terbunuh dalam pertempuran. Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang bertugas menggantikan Mallaby lalu mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945.

Ultimatum tersebut dijawab dengan penolakan oleh Ketua BKR Surabaya, Soengkono dan diperkuat dengan pidato Gubernur Soerjo di RRI. Setelah itu, pertempuran antara arek-arek Suroboyo dengan pasukan sekutu tak bisa terhindarkan lagi.

Dalam pertempuran yang berlangsung selama dua minggu tersebut, para pahlawan berjuang dengan gagah berani untuk menaklukan tentara sekutu dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tugu Pahlawan juga dilengkapi dengan Museum Sepuluh November yang menyimpan banyak sekali koleksi kisah perjuangan masyarakat Surabaya pada pertempuran 10 November 1945 lalu.

Gedung biasanya menunjukkan bangunan besar yang digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan yang sifatnya resmi atau yang menyangkut kepentingan banyak orang. Contohnya seperti gedung pertemuan, gedung pemerintahan, gedung olah raga, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, ada beberapa gedung bersejarah yang mayoritas dibangun pada masa Hindia Belanda. Gedung-gedung tersebut merupakan saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, sebagian besar gedung bersejarah digunakan untuk fungsi yang lain seperti museum, pusat kebudayaan, atau yang lainnya. Memang ada gedung yang fungsinya masih sama, namun jumlahnya sangat sedikit.

Seperti namanya, Gedung Sate identik dengan ornamen tusuk sate di bagian atapnya. Gedung indah dan anggun yang sejak dulu menjadi ikon kota Bandung ini terletak di Jalan Diponegoro No. 22 Bandung.

Pembangunan Gedung Sate dimulai pada tahun 1920 dan diarsiteki oleh Ir. J. Gerber bersama kelompoknya. Saat itu, Gerber dibantu oleh seorang maestro arsitek Belanda yang bernama Dr. Hendrik Petrus.

Pembangunannya sendiri melibatkan sekitar 2.000 orang pekerja. 150 orang diantaranya adalah pemahat dan pengukir kayu yang berasal dari Kanton. Dalam waktu empat tahun atau tepatnya pada September 1924, bangunan utama Gedung Sate selesai dibangun.

Awalnya, Pemerintah Belanda membangun Gedung Sate untuk keperluan pemindahan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Bandung. Namun, pada tahun 1930, terjadi resesi ekonomi yang membuat perencanaan pemindahan itu batal. Sekarang Gedung Sate digunakan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Selain nilai sejarahnya, Gedung Sate juga terkenal dengan nilai arsitekturnya yang tinggi. Penampilan gedung putih ini terlihat kokoh sekaligus anggun berkat gaya arsitektur tradisional Nusantara. Tak sedikit ahli bangunan dan arsitek yang memuji keindahan Gedung Sate.

Gedung ini juga dikelilingi oleh taman yang selalu dirawat dengan baik sehingga menarik menjadi destinasi wisata bagi masyarakat Bandung maupun wisatawan yang datang ke kota Kembang.

Benteng Fort de Kock

Benteng Fort de Kock bisa kamu temukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Benteng ini dibangun pada tahun 1925 oleh Kapten Bever dan menjadi pertahanan Belanda dari gempuran rakyat Minangkabau setelah meletusnya Perang Padri.

Di benteng ini ada parit perlindungan serta meriam peninggalan tentara Belanda yang sudah berkarat. Saat ini Benteng Fort de Kock dijadikan sebagai objek wisata bersamaan dengan kebun binatang dan juga museum zoologi. Dari menara pengawas yang ada di benteng ini, pengunjung bisa menikmati keindahan pemandangan Kota Bukittinggi dan kawasan sekitarnya.

Itulah pembahasan tentang bangunan bersejarah di Indonesia. Pada dasarnya, masih ada banyak sekali bangunan bersejarah di Indonesia, yang mana hampir di setiap provinsi pasti memilikinya. Semoga semua pembahasan di atas bisa bermanfaat untuk kamu. JIka ingin mencari buku tentang bangunan bersejarah di Indonesia, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan terkait Bangunan Bersejarah di Indonesia, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang Oktaviana Putra

Bangunan bersejarah di Indonesia menyimpan banyak jejak cerita kehidupan bangsa dari masa lalu. Karena itu, eksistensinya harus dijaga agar cerita-cerita tersebut bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.

Pemerintah sendiri berusaha melestarikan bangunan bersejarah dengan cara memugar dan memperbaiki fisiknya agar bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Sayangnya, tidak semua pengunjung memahami riwayat serta cerita di balik bangunan tersebut.

Padahal banyak sekali ilmu yang bisa dipelajari jika mengetahui sejarah. Ini juga menjadi aksi nyata kita untuk membantu melestarikan bangunan peninggalan nenek moyang kita.

Bahkan, bukan tidak mungkin kita akan semakin jatuh cinta dengan negara ini setelah mengunjungi dan mempelajari sejarah. Saat ini ada banyak bangunan bersejarah yang bisa kita temukan, mulai dari tugu/monumen, gedung, bangunan suci, istana, hingga benteng.

Karena itulah artikel ini akan membahas beberapa jenis bangunan bersejarah agar Grameds bisa “berkenalan” dengan mereka lebih dulu sebelum mengunjunginya langsung. Selamat membaca, ya.

Secara singkat, monumen merupakan bangunan yang didirikan untuk memperingati peristiwa sejarah yang penting atau mengenang tokoh yang berjasa besar bagi banyak orang.

Sementara itu, tugu biasanya dibangun untuk menjadi penanda tempat bersejarah, tempat penting, atau “gerbang” masuk ke suatu kota. Maka dari itu, tak heran jika ada beberapa monumen yang disebut juga sebagai tugu.

Masjid Raya Baiturrahman

Masjid adalah bangunan suci dan tempat beribadah umat Islam. Keberadaan masjid di Indonesia, terutama yang dibangun sejak zaman dulu, tak bisa dilepaskan dari sejarah nusantara saat kerajaan-kerajaan islam muncul dan berkembang.

Pada masa kerajaan Islam, masjid digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Sementara di masa perjuangan, ada beberapa masjid yang menjadi pusat gerakan perlawanan terhadap penjajah. Seperti Masjid Raya Baiturrahman yang berada di pusat Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Beberapa sumber mengatakan masjid ini dibagun oleh Sultan Alauddin Mahmud Syah I, cucu dari Sultan Alauddin Johan Syah, pada tahun 1292. Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di zaman Sultan Iskandar muda yang berkuasa pada tahun 1607-1636 M.

Pada tanggal 22 Maret 1873, Masjid Raya Baiturrahman digunakan untuk menggelar musyawarah penting yang diprakarsai oleh Sultan Alauddin Mahmud Syah. Inti dari musyawarah tersebut adalah menggalang kebulatan tekad serta menyampaikan pernyataan tegas bahwa Aceh menolak kehadiran Bangsa Belanda di bumi Aceh.

Sebagai akibatnya, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Kohler mengepung Masjid Baiturrahman karena mereka menganggap masjid ini merupakan pusat perlawanan masyarakat Aceh.

Pasukan Belanda pun sempat membakar masjid ini sebanyak dua kali, pertama pada tanggal 10 April 1873 dan 6 Januari 1874. Meskipun dibakar, bangunan masjid ini masih bisa tetap bertahan. Sebaliknya, Belanda justru harus mengalami kerugian yang sangat besar dalam pertempuran tersebut.

Masjid Raya Baiturrahman juga menjadi salah satu masjid paling indah di Indonesia dengan ukiran yang menarik, bentuk yang manis, dan ruangan yang sejuk.

Istana adalah bangunan yang menjadi pusat kekuasaan di suatu kawasan tertentu. Di zaman kerajaan, istana merupakan tempat raja tinggal dan mengatur jalannya pemerintahan. Di era modern, istana biasa digunakan untuk menamai tempat tinggal atau kantor kepala negara.

Indonesia sebagai negara yang memiliki sejarah sangat panjang, memiliki beberapa peninggalan sejarah berupa istana seperti Keraton Yogyakarta, Istana Siak, atau Istana Maimun.

Selain itu, ada juga enam istana kepresidenan yang menjadi tempat tinggal sekaligus kantor presiden Indonesia, yakni Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Tampaksiring, dan Istana Gedung Agung.

Istana Negara terletak di dalam Komplek Istana Kepresidenan Jakarta yang berada di Jalan Merdeka Utara. Dulunya, Istana Negara merupakan rumah peristirahatan milik seorang warga negara Belanda, J. A. Van Braam. Namun, pada tahun 1821, rumah ini dibeli oleh pemerintah kolonial dan dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan juga tempat tinggal Gubernur Jenderal.

Bangunan bersejarah dengan luas sekitar 3.375 meter persegi ini dibuat dua tingkat dengan arsitektur gaya Yunani Kuno. Tahun 1848 Istana Negara direnovasi bagian atas dan depan lantai bawahnya agar tampak lebih resmi.

Saat ini, Istana Negara digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, seperti rapat kerja nasional, pelantikan pejabat tinggi negara, pembukaan negara, dan acara-acara kenegaraan lainnya.

©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.

©2024 iStockphoto LP. Desain iStock adalah merek dagang iStockphoto LP.

Bangunan bersejarah di Indonesia menyimpan banyak jejak cerita kehidupan bangsa dari masa lalu. Karena itu, eksistensinya harus dijaga agar cerita-cerita tersebut bisa diteruskan ke generasi selanjutnya.

Pemerintah sendiri berusaha melestarikan bangunan bersejarah dengan cara memugar dan memperbaiki fisiknya agar bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Sayangnya, tidak semua pengunjung memahami riwayat serta cerita di balik bangunan tersebut.

Padahal banyak sekali ilmu yang bisa dipelajari jika mengetahui sejarah. Ini juga menjadi aksi nyata kita untuk membantu melestarikan bangunan peninggalan nenek moyang kita.

Bahkan, bukan tidak mungkin kita akan semakin jatuh cinta dengan negara ini setelah mengunjungi dan mempelajari sejarah. Saat ini ada banyak bangunan bersejarah yang bisa kita temukan, mulai dari tugu/monumen, gedung, bangunan suci, istana, hingga benteng.

Karena itulah artikel ini akan membahas beberapa jenis bangunan bersejarah agar Grameds bisa “berkenalan” dengan mereka lebih dulu sebelum mengunjunginya langsung. Selamat membaca, ya.

Secara singkat, monumen merupakan bangunan yang didirikan untuk memperingati peristiwa sejarah yang penting atau mengenang tokoh yang berjasa besar bagi banyak orang.

Sementara itu, tugu biasanya dibangun untuk menjadi penanda tempat bersejarah, tempat penting, atau “gerbang” masuk ke suatu kota. Maka dari itu, tak heran jika ada beberapa monumen yang disebut juga sebagai tugu.

Monumen Nasional (Monas)

Monumen Nasional yang bisa kamu temukan di depan Istana Negara ini sejak dulu sudah menjadi ikon negara Indonesia. Rasanya sulit menemukan penduduk negara ini yang tak tahu tentang Monas.

Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, adalah orang yang memprakarsai pembangunan Monumen Nasional dan menyerahkan perancangannya kepada Soedarsono serta Frederich SIlaban dengan Ir. Rooseno sebagai konsultannya.

Proses pembangunannya dimulai pada bulan Agustus tahun 1959 dalam waktu yang cukup cepat, yaitu 2 tahun saja. Ya, pada tahun 1961 tanggal 17 Agustus, monumen yang dibangun di area seluas 80 hektar ini diresmikan oleh Presiden Soekarno sendiri. 14 tahun, kemudian Monas resmi dibuka untuk masyarakat umum.

Monumen Nasional dibangun untuk mengenang perlawanan serta melestarikan perjuangan rakyat Indonesia di masa revolusi kemerdekaan tahun 1945 silam. Harapannya, siapapun yang melihat Tugu Monas akan mewarisi semangat patriotisme para pejuang kemerdekaan dalam membangun Negara Indonesia.

Semangat dan harapan inilah yang menjadi alasan dipilihnya bentuk Tugu Monas yang menyerupai artefak lingga yoni yang menjulang setinggi 137 meter. Bagian puncaknya berbentuk seperti cawan yang menopang lidah api menyala.

Lidah api ini memiliki diameter 6 meter dan terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan dilapisi emas seberat 35 kilogram. Makanya, kalau dilihat sekilas, monas bentuknya mirip seperti batang obor dengan api yang sedang berkobar di puncaknya.

Nunung Marzuki dalam buku Mengenal Lebih Dekat: Bangunan Bersejarah Indonesia, menjelaskan bahwa badan Tugu Monas mewakili bentuk Lingga atau alu alat untuk menumbuk padi yang terbuat dari kayu, sedangkan pelataran cawannya mewakili bentuk Yoni atau lumbung tempat menyimpan padi.

Lalu lidah api yang ada di puncaknya adalah Api Nan Tak Kunjung Padam yang menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia yang tidak akan pernah surut sampai kapanpun.

Kalau berkunjung ke monas, kamu bisa menemukan museum sejarah perjuangan nasional yang ada di bagian bawahnya. Museum ini mampu menampung sekitar 500 orang pengunjung. Selain itu, kamu juga bisa naik elevator sampai ke pelataran puncak untuk melihat pemandangan kota Jakarta.

Di sekelilingnya ada taman, dua buah kolam, dan juga beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Masyarakat Jakarta sering mengunjungi area taman Tugu Monas untuk berjalan-jalan atau piknik bersama keluarga di hari libur.

Dari Jakarta kita pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Di kota ini ada sebuah tugu yang dibangun sebagai pengingat akan semangat perjuangan para pahlawan bangsa. Yup, tugu tersebut adalah Tugu Pahlawan.

Tugu yang menjulang setinggi 45 meter dengan 10 bidang sisi ini terletak di Taman Kebunrojo, Jalan Pahlawan. Tepat di seberang kantor Gubernur Jawa Timur. Tugu ini sengaja dibangun untuk memperingati peristiwa 10 November.

Pada 30 Oktober 1945, Brigadir Mallaby, pemimpin pasukan sekutu yang datang ke Surabaya, terbunuh dalam pertempuran. Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang bertugas menggantikan Mallaby lalu mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945.

Ultimatum tersebut dijawab dengan penolakan oleh Ketua BKR Surabaya, Soengkono dan diperkuat dengan pidato Gubernur Soerjo di RRI. Setelah itu, pertempuran antara arek-arek Suroboyo dengan pasukan sekutu tak bisa terhindarkan lagi.

Dalam pertempuran yang berlangsung selama dua minggu tersebut, para pahlawan berjuang dengan gagah berani untuk menaklukan tentara sekutu dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tugu Pahlawan juga dilengkapi dengan Museum Sepuluh November yang menyimpan banyak sekali koleksi kisah perjuangan masyarakat Surabaya pada pertempuran 10 November 1945 lalu.

Gedung biasanya menunjukkan bangunan besar yang digunakan sebagai tempat melakukan kegiatan yang sifatnya resmi atau yang menyangkut kepentingan banyak orang. Contohnya seperti gedung pertemuan, gedung pemerintahan, gedung olah raga, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, ada beberapa gedung bersejarah yang mayoritas dibangun pada masa Hindia Belanda. Gedung-gedung tersebut merupakan saksi bisu berbagai peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, sebagian besar gedung bersejarah digunakan untuk fungsi yang lain seperti museum, pusat kebudayaan, atau yang lainnya. Memang ada gedung yang fungsinya masih sama, namun jumlahnya sangat sedikit.

Seperti namanya, Gedung Sate identik dengan ornamen tusuk sate di bagian atapnya. Gedung indah dan anggun yang sejak dulu menjadi ikon kota Bandung ini terletak di Jalan Diponegoro No. 22 Bandung.

Pembangunan Gedung Sate dimulai pada tahun 1920 dan diarsiteki oleh Ir. J. Gerber bersama kelompoknya. Saat itu, Gerber dibantu oleh seorang maestro arsitek Belanda yang bernama Dr. Hendrik Petrus.

Pembangunannya sendiri melibatkan sekitar 2.000 orang pekerja. 150 orang diantaranya adalah pemahat dan pengukir kayu yang berasal dari Kanton. Dalam waktu empat tahun atau tepatnya pada September 1924, bangunan utama Gedung Sate selesai dibangun.

Awalnya, Pemerintah Belanda membangun Gedung Sate untuk keperluan pemindahan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Bandung. Namun, pada tahun 1930, terjadi resesi ekonomi yang membuat perencanaan pemindahan itu batal. Sekarang Gedung Sate digunakan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Selain nilai sejarahnya, Gedung Sate juga terkenal dengan nilai arsitekturnya yang tinggi. Penampilan gedung putih ini terlihat kokoh sekaligus anggun berkat gaya arsitektur tradisional Nusantara. Tak sedikit ahli bangunan dan arsitek yang memuji keindahan Gedung Sate.

Gedung ini juga dikelilingi oleh taman yang selalu dirawat dengan baik sehingga menarik menjadi destinasi wisata bagi masyarakat Bandung maupun wisatawan yang datang ke kota Kembang.

Benteng Marlborough

Benteng Marlborough merupakan benteng peninggalan Inggris yang berada di sebuah bukit kecil di pinggir pantai Tapak Paderi, Bengkulu. Benteng ini dibangun setelah Ralph Ord, wakil East India Company melakukan perjanjian dagang dengan pemimpin lokal di Bengkulu pada tahun 1685.

Isi perjanjian tersebut mengharuskan para pemimpin lokal untuk menyediakan lada bagi perusahaan East India Company. Sebagai imbalannya, pihak inggris melindungi daerah Bengkulu dari serangan bangsa Belanda.

Untuk menepati janjinya, Inggris lalu membangun Benteng Marlborough pada tahun 1714. Nama Marlborough diambil sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan perang Inggris, John Churchill, yang bergelar Duke of Marlborough.

Bentuk benteng ini menyerupai kura-kura dan menjadi benteng terbesar di Asia Tenggara dengan luas 44.000 meter persegi. Di sekitar benteng dibangun pasar yang dikenal dengan nama Pasar Malabero. Kawasan inilah yang menjadi cikal bakal dari kota Bengkulu.

Belanda mengambil alih benteng Marlborough dari Inggris pada tahun 1825 yang ditandai dengan disahkannya Traktat London pada 17 Maret 1824. Traktat London berisi tentang pembagian kekuasaan antara Belanda dengan Inggris.

JavaScript harus aktif untuk menggunakan foursquare.com

Kami menggunakan teknologi terbaru dan terbaik yang ada untuk memberikan pengalaman web terbaik yang mungkin. Aktifkan JavaScript di pengaturan browser untuk melanjutkan.

Unduh Foursquare untuk ponselmu dan mulailah menjelajahi dunia di sekitarmu!

Istana Tampaksiring

Istana Tampaksiring berlokasi di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Istana ini dibangun oleh Presiden Soekarno yang saat itu memiliki keinginan untuk mempunyai tempat peristirahatan berhawa sejuk serta jauh dari keramaian kota.

Jadi, ditunjuklah R. M. Soedarsono untuk merancang bangunan ini dengan empat gedung utama yang terdiri dari Wisma Merdeka, Wisma Yudhistira, Wisma Negara, dan Wisma Bima.

Pada tahun 2003, beberapa fasilitas ditambahkan untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang digelar di Bali pada tanggal 7 – 8 Oktober 2003. Untuk kepentingan pariwisata, pemerintah kemudian menambahkan pintu masuk, lapangan parkir dan Balai Bengong.

Benteng adalah dinding tebal dan tinggi yang dibangun untuk melindungi suatu wilayah dari serangan musuh. Kebanyakan benteng yang ada di Indonesia dibangun pada zaman kolonial. Seperti benteng-benteng yang ada di Pulau Sumatra dan Jawa yang dibangun setelah Belanda menerapkan taktik benteng stelsel untuk bertahan dari serangan para pejuang.

Banyak bangunan benteng yang menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia masih berdiri hingga saat ini. Namun, karena sudah tidak ada lagi perang, benteng-benteng tersebut diubah fungsinya menjadi cagar budaya.

Istana Tampaksiring

Istana Tampaksiring berlokasi di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Istana ini dibangun oleh Presiden Soekarno yang saat itu memiliki keinginan untuk mempunyai tempat peristirahatan berhawa sejuk serta jauh dari keramaian kota.

Jadi, ditunjuklah R. M. Soedarsono untuk merancang bangunan ini dengan empat gedung utama yang terdiri dari Wisma Merdeka, Wisma Yudhistira, Wisma Negara, dan Wisma Bima.

Pada tahun 2003, beberapa fasilitas ditambahkan untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang digelar di Bali pada tanggal 7 – 8 Oktober 2003. Untuk kepentingan pariwisata, pemerintah kemudian menambahkan pintu masuk, lapangan parkir dan Balai Bengong.

Benteng adalah dinding tebal dan tinggi yang dibangun untuk melindungi suatu wilayah dari serangan musuh. Kebanyakan benteng yang ada di Indonesia dibangun pada zaman kolonial. Seperti benteng-benteng yang ada di Pulau Sumatra dan Jawa yang dibangun setelah Belanda menerapkan taktik benteng stelsel untuk bertahan dari serangan para pejuang.

Banyak bangunan benteng yang menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia masih berdiri hingga saat ini. Namun, karena sudah tidak ada lagi perang, benteng-benteng tersebut diubah fungsinya menjadi cagar budaya.

Benteng Marlborough

Benteng Marlborough merupakan benteng peninggalan Inggris yang berada di sebuah bukit kecil di pinggir pantai Tapak Paderi, Bengkulu. Benteng ini dibangun setelah Ralph Ord, wakil East India Company melakukan perjanjian dagang dengan pemimpin lokal di Bengkulu pada tahun 1685.

Isi perjanjian tersebut mengharuskan para pemimpin lokal untuk menyediakan lada bagi perusahaan East India Company. Sebagai imbalannya, pihak inggris melindungi daerah Bengkulu dari serangan bangsa Belanda.

Untuk menepati janjinya, Inggris lalu membangun Benteng Marlborough pada tahun 1714. Nama Marlborough diambil sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan perang Inggris, John Churchill, yang bergelar Duke of Marlborough.

Bentuk benteng ini menyerupai kura-kura dan menjadi benteng terbesar di Asia Tenggara dengan luas 44.000 meter persegi. Di sekitar benteng dibangun pasar yang dikenal dengan nama Pasar Malabero. Kawasan inilah yang menjadi cikal bakal dari kota Bengkulu.

Belanda mengambil alih benteng Marlborough dari Inggris pada tahun 1825 yang ditandai dengan disahkannya Traktat London pada 17 Maret 1824. Traktat London berisi tentang pembagian kekuasaan antara Belanda dengan Inggris.